Sebuah krisis lingkungan dengan cepat menjadi krisis sosial; 66,000 Pemulung sampah Korea Selatan, sebagian besar berusia 60 tahun atau lebih, adalah yang paling terkena dampaknya. Pemasukkan mereka - berasal dari penjualan koran bekas, plastik, karton dan lain sebagainya sampai ke berdagang barang bekas - menurun, dikarenakan sampah murah dan berkualitas luar negeri memenuhi pasar
Pemerintah Korea Selatan bertindak dengan cepat, memperkenalkan banyak jalan keluar di tahun 2018. Mereka berjanji untuk mengurangi pembuatan sampah plastik sebanyak 30% pada 2022, dan 50% pada 2030. Ini juga sekaligus menjadi garis besar sebuah rencana untuk meningkatkan rasio daur ulang dalam negeri dari 34% menjadi 70% pada 2030. Diantara banyak rencana, pemerintah melarang penggunaan gelas sekali pakai di kafe dan restaurant siap saji, dan juga melarang penggunaan kantung belnja plastik sekali pakai di supermarket.
Namun tetap saja, ini tidak cukup, menurut beberapa kelompok lingkungan. Peperangan negara dalam penanggulangan sampah membutuhkan usaha bersama yang melibatkan kerja sama antara masyarakat dan komunitas bisnis.
Pada saat itu, perusahaan konglomerat makanan ringan Korea Selatan, Perusahaan Orion sudah menjalankan peranannya dalam mendaur ulang sampah. Pembuat Choco Pie terkenal di dunia tersebut memperkenalkan inisiatif “Good Packaging” (Kemasan yang Baik) di 2014 - program tersebut, yang sampai sekarang masih berjalan, bertujuan untuk mengurangi penggunaan bungkusan yang digunakan oleh produk mereka, dan juga penggunaan tinta pada setiap paket branding external mereka. Pada 2018, perusahaan tersebut mengatakan bahwa semenjak meluncurkan inisiatif tersebut, sekitar 20 produk sudah berkurang dalam hal ukuran pengemasan, dan sejak 2016, jumlah penggunaan tinta untuk design packing berkurang sebanyak 88 ton.